TENTANG MTA

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tangal 19 September 1972 dengan tujuan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA.[1] Daftar isi [tampilkan] Latar Belakang Sebagai seorang pedagang Al-Ustadz Abdullah Thufail Saputra pernah berkeliling ke berbagai wilayah Indonesia sampai ke pelosok-pelosok nusantara. Sehingga, dia melihat bahwa amalan ummat Islam dimana-mana jauh dari tuntunan Islam. Karena mereka hanya mengikuti amalan-amalan dari nenek moyang mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak bisa bersatu. Dia telah menempuh berbagai cara untuk menyatukan kelompok-kelompok Islam namun tidak mendapat tanggapan yang positif dari para tokoh di kalangan ummat Islam. Akhirnya dia memutuskan untuk mendirikan lembaga dakwah yang bertujuan mengajak ummat Islam kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah yang kemudian diberi nama Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) di Surakarta. Pimpinan MTA Ketua Umum sekaligus pendiri MTA itu wafat pada tanggal 15 September 1992, setelah 20 tahun menumbuhkan dan mengembangkan MTA. Kepemimpinan selanjutnya diteruskan oleh murid dia Ust. Drs. Ahmad Sukina. MTA berkembang dengan pesat ke seluruh pelosok tanah air dan saat ini telah memiliki lebih dari 50 perwakilan dan lebih dari 170 cabang. MTA berkembang dari bawah, yakni atas permintaan warga masyarakat untuk mengadakan pengajian rutin, lalu setelah mekar dan merasa mantap akan kebenaran ajaran yang dikaji mereka mengajukan permohonan untuk menjadi bagian dari keluarga besar MTA. Permohonan ini baru dikabulkan kalau para siswa setempat telah dinilai oleh Pimpinan Pusat membuktikan kesungguhan mereka dalam mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam kehidupan sehari-hari ada ujiannya Kegiatan MTA Pengajian Sesuai dengan tujuan pendirian MTA, yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di MTA berupa pengkajian Al-Qur’an. Pengkajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengjian khusus dan pengajian umum. Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat. Di perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga serta beaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat diselenggarakan lebih dari satu minggu sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu semester sekali. Perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu-sekali sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui telpun. Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang laim, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi. Kitab tafsir yang sekarang sedang dikaji antara lain adalah kitab tafsir oleh Ibn Katsir yang sudah ada terjemahannya dan kitab tafsir oleh Ibn Abas. Kajjian terhadap kitab tafsir oleh Ibn Abbas dilakukan khusus oleh siswa-siswa MTA yang kemampuan bahasa Arabnya telah memadai. Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar menyajikan meteri yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah, kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalah-masalah aktual sehari-hari. Dengan demikian, meskipun materi pokok dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an, tidak berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui oleh siswa. Disamping itu, pengkajian tafsir Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau tidak mau harus merujuk Hadits. Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat dihayati dan selanjutnya diamalkan. Pengajian Umum Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat yang diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Minggu pagi. Pengajian ini disiarkan secara live melalui radio MTA FM 102.2 yang bisa diakses melalui satelit palapa dan live streamiming di website www.mta.or.id Pendidikan Pengamalan Al-Qur’an membawa ke pembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan anggota. Salah satu kegiatan terlembaga yang dibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di samping pengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupun non-formal. Pendidikan formal Pendidikan formal yang telah diselenggarakan terdiri atas TK, SMP, dan SMA. SMP dan SMA baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat. SMP MTA diselenggarakan di Gemolong, Kabupaten Sragen, dan SMA MTA diselenggerakan di Surakarta. Tujuan dari penyelenggaraan SMP dan SMA MTA ini adalah untuk menyiapkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, di samping memperoleh pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Depdiknas, siswa-siswa SMP dan SMA MTA juga memperoleh pelajaraan diniyah. Di samping diberi pelajaran diniyah, untuk mencapai tujuan tersebut siswa SMP dan SMA MTA juga perlu diberi bimbingan dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SMP dan SMA MTA yang memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yang disediakan oleh sekolah. Dengan tinggal di asarama yang dikelola oleh sekolah dan yayasan, siswa SMP dan SMA MTA dapat dibimbing dan diawasi agar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik. Alhamdulillah, sampai pada saat ini, baik SMP maupun SMA MTA berhasil meraih prestasi akademis yang cukup menggembirakan. Oleh karena prestasinya itu, SMA MTA masuk ke dalam daftar lima puluh SMA Islam unggulan se Indonesia. Di samping itu, siswa-siswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan oleh remaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimal mungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya. Pendidikan non-formal Pendidikan non-formal juga baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat¸ kecuali kursus bahasa Arab yang telah dapat diselenggarakan oleh sebagian perwakilan dan cabang. Selain kursus bahasa Arab, pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh MTA Pusat antara lain adalah kursus otomotif dengan bekerjasama dengan BLK Kota Surakarta, kursus menjahit bagi siswi-siswi putri, dan bimbingan belajar bagi siswa-siswa SLTP dan SMU. Disamping itu, berbagai kursus insidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursus kepenulisan dan kewartawanan. Kegiatan Sosial Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk warga MTA sendiri, melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya. Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amal sosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donor darah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunan berupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa mushibah, dan lain sebagainya. Donor darah, begitu juga kerja bakti bersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pun di perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baik pusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTA memiliki tidak kurang dari lima ribu pedonor tetap yang setiap saat dapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperoleh darah dari keluarganya atau dari yang lainnya. Ekonomi Kehidupan bersama di MTA juga menuntut adanya kerja sama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTA diselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengan simpan-pinjam ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untuk mengembangkan kehidupan ekonominya. Di samping itu, siswa atau warga MTA biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ekonomi. Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilan tertentu kepada siswa warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerja sendiri. Kesehatan Dalam bidang kesehatan, dilakukan rintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakan secara Islami. Kini baru MTA Pusat yang telah dapat menyelenggarakan pelyanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin. Di samping itu, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada siswa atau warga MTA di bentuk kader-kader kesehatan dari perwakilan dan cabang-cabang yang secara periodik mengadakan pertemuan. Penerbitan, Komunikasi, dan Informasi Penerbitan, komunikasi, dan informasi merupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakan sendi-sendi globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini, meskipun yang dapat dikerjakan masih perlu dikembangkan. Dalam bidang penerbitan, sesungguhnya MTA telah memiliki majalah bulanan yang sudah terbit sejak tahun 1974 dan telah memiliki STT sejak tahun 1977. Namun, hingga kini belum tampak adanya perkembangan yang menggermbirkan dari majalah yang diberi nama Respon ini. Di samping Respon, MTA juga telah menerbitkan berbagai buku keagamaan. Dalam bidang informasi, MTA telah mempunyai web. site dengan alamat: http://www.mta.or.id dengan alamat E-mail : humas_mta@yahoo.com. MTA juga sekarang memiliki saluran televisi yang bernama MTA TV. Sumber Dana Banyak yang bertanya-tanya dengan heran, dari mana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya? Isu yang pernah berkembang di masyarakat adalah bahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan bahwa MTA memperoleh dana dari orpol tertentu. Sesungguhnya, apabila umat Islam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacam itu tidak perlu muncul. Bahwa jihad merupakan salah satu sendi keimanan tidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa jihad merupakan rukun Islam yang ke enam. Akan tetapi bahwa sesungguhnya jihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus, kurang dihayati; biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyak dikerjakan. Apabila jihad bi anwal dihayatai dengan baik dan diamalkan, umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membeayai kegiatan-kegiatannya. MTA membiayai seluruh kegiatannya sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi anwal, karena memang demikianlah yang diconthkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Rintangan dan Dorongan Dalam perjalanannya semenjak berdiri hingga kini, MTA banyak mengalami rintangan. Rintangan paling banyak diperoleh justru dari umat Islam sendiri. Ketika siswa/warga MTA mengamalkan pengetahuannya tentang amal-amal yang telah banyak ditinggalkan oleh umat Islam atau meninggalkan amal-amal yang telah biasa dikerjakan oleh umat Islam tetapi sesungguhnya laisa minal Islam, siswa/warga MTA sering dituduh membawa agama baru. Ketika siswa/warga MTA melaksanakan sholat jamak-qosor saja karena sedang dalam keadaan safar sudah mendapat tuduhan membawa agama baru, padahal kebolehan sholat jamak-qosor bagi musafir sudah merupakan pengetahuan populer di kalangan umat Islam. Akan tetapi, karena kebolehan sholat jamak-qosor tidak pernah dilakansakan, ketika siswa/warga MTA melaksanakannya dituduh membawa agama baru. Rintangan semacam ini memang telah diramalkan oleh Nabi akan dihadapi oleh orang-orang yang mengikuti sunnahnya, “awalnya Islam itu asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya”. Di samping rintangan yang tidak sedikit, tentu ada juga hal-hal yang menimbulkan dorongan. Yang paling menimbulkan dorongan adalah bahwa ketika Al-Qur’an diamalkan dengan sungguh-sungguh, dengan tiada disertai keraguan sediktpun, ternyata membuahkan hasil yang sering sangat mengherankan dan sama sekali di luar dugaan. Ketika benih yang ditabur jatuh di tanah yang subur, benih tersebut tumbuh menjadi tumbuhan yang subur pula. Melihat benih yang kecil yang lemah dan tak berdaya dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang besar, rindang, dan menjulang tinggi, timbullah keheranan dan keharuan dalam hati. Inilah yang menjadikan segala rintangan yang datang tampak tak berarti. Maha Agung Allah dengan segala janji-janji-Nya.

STREAMING MTA TV

FILM KOMEDI

Gudangnya Film Komedi Perkembangan perfilman Indonesia dewasa ini semakin menggembirakan. Sejak bangkit dari mati suri nya di tahun 2000-an, industri perfilman Indonesia terus menggeliat ke arah yang bisa dibanggakan. Memang masih ada film-film yang dibikin asal-asalan hanya untuk meraih sedikit keuntungan. Namun akhir-akhir ini film semacam itu semakin tergusur. Itu menandakan kalau masyarakat sudah bosan dan menginginkan film yang benar-benar bisa memuaskan mereka. Tak hanya itu, film-film Indonesia pun sudah semakin banyak dilirik oleh masyarakat internasional. Terbukti telah banyak film karya anak bangsa yang dirilis bahkan bertarung di festival-festival film kelas dunia. Sebagai bentuk dukungan serta tribute untuk film Indonesia, saya rangkum beberapa film Indonesia favorit MATI MUDA DIPELUKAN JANDA DODIT ( Buanglah Sampah Pada Tempatnya )

SAVANA REGGAE TERBARU OKTOBER 2015

SAVANA REGGAE TERBARU OKTOBER 2015



GANDRUNG

DANGDUT

Dangdut  merupakan salah satu dari genre seni musik Indonesia dan musik populer tradisional yang sebagian berasal dari musik Hindustan, Melayu, dan Arab. Dangdut memiliki dentuman tabla dan gendang. Dangdut juga dipengaruhi musik India melalui film Bollywood oleh Ellya Khadam dengan lagu Boneka India, dan terakhir lahir sebagai dangdut tahun 1968 dengan tokoh utama Rhoma Irama. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia pada akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut bisa dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music. [1]                       

Asal istilah 

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam majalah Tempo edisi 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir, dan "dang -ding-dut "India. [2] Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi" dangdut "saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India. [2]           

Pengaruh dan perkembangan 


Sebuah pertunjukan musik dangdut modern di Plaza Surabaya.

Qasidah masuk ke Nusantara tahun 635 - 1600 

Qasidah   masuk Nusantara sejak Agama Islam dibawa para saudagar Arab tahun 635, kemudian juga pedagang Gujarat tahun 900 - 1200, pedagang Persia tahun 1300 - 1600 [3]. Nyanyian Qasidah biasanya berlangsung di masjid, pesantren dakwah agama Islam.     

Gambus dan migrasi orang Arab mulai tahun 1870 

Gambus  adalah salah satu alat musik Arab seperti gitar, namun memiliki suara rendah. Diperkirakan alat musik gambus masuk ke nusantara bersama migrasi Marga Arab Hadramaut (sekarang Yaman) dan orang Mesir mulai tahun 1870 hingga setelah 1888, [4] yaitu setelah Terusan Suez dibuka tahun 1870, pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dibangun tahun 1877, dan Koninklijke Paketvaart Maatschappij berdiri tahun 1888. Para musisi Arab sering mendendangkan Musik Arab dengan iringan gambus.               
Pada awal abad XX penduduk Arab-Indonesia senang mendengarkan lagu gambus, dan sekitar tahun 1930, Syech Albar (ayah dari Ahmad Albar) mendirikan orkes gambus di Surabaya. Ia juga membuat rekaman piringan hitam dengan Columbia tahun 1930-an, yang laku di pasar Malaysia dan Singapura.       

Musik Melayu Deli tahun 1940 

Musik Melayu Deli lahir sekitar tahun 1940 di Sumatera Utara bersama Husein Bawafie dan Muhammad Mashabi, kemudian menjalar ke Batavia dengan berdirinya Orkes Melayu.    

Irama Amerika Latin tahun 1950 

Pada tahun 1950, musik Amerika Latin masuk ke Indonesia oleh Xavier Cugat dan Edmundo Ros serta Perez Prado, termasuk Trio Los Panchos atau Los Paraguayos. [Butuh referensi] Irama latin ini kemudian lekat dengan orang Indonesia. Kemudian berbagai lagu Minang juga muncul bersama Orkes Gumarang, dan Zainal Combo.           
Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan).  

Dari musik Melayu Deli tahun 1940 ke Dangdut tahun 1968 

Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Musik Melayu Deli awalnya tahun 1940-an lahir di daerah Deli Medan, kemudian musik melayu deli ini juga berkembang di daerah lain, termasuk Jakarta. Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India, sang pencipta Boneka dari India), Husein Bawafie (salah seorang penulis lagu Ratapan Anak Tiri), Munif Bahaswan (pencipta Beban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer pada tahun 1970-an). Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, meskipun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.                            
Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia , hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya. Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).                 

Interaksi dengan musik lain 

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan memengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut. Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin. Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.                       

Bangunan lagu

Lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, meskipun demikian bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif. Sebagian besar lagu dangdut tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada beberapa lagu masa 1960-an seperti Burung Nuri dan Seroja.    
Bentuk bangunan lagu dangdut secara umum adalah: A - A - B - A, namun dalam aplikasi kebanyakan memiliki urutan menjadi seperti ini [5]: 
Bentuk bangunan lagu dangdut
Urutan bangunan laguDeskripsi
IntroDapat merupakan pembuka pendek sepanjang 2 - 4 birama berupa permainan instrumental atau jaringan akord pembuka, bisa juga sebagai vokal resitatif (setengah deklamasi) yang mengungkapkan isi lagu dengan iringan akord terurai (broken chord) atau tanpa iringan, atau bisa juga berupa permainan seruling, kemudian Akses Eksposisi I atau Vokal.
Eksposisi I atau Tampilan IAdalah sajian instrumental yang berlangsung selama 4 - 8 birama, dengan instrumen suling, organ, gitar, bahkan sitar atau mandolin secara bergantian. Eksposisi adalah Tampilan kelompok band, berupa aransemen kebolehan band yang disajikan secara khusus untuk memperlihatkan kemampuan. Tampilan I bisa dihilangkan kalau dari Intro langsung masuk Vokal.
Verse ABiasanya berupa melodi dengan nada rendah dan datar sebagai ungkapan pertama isi lagu atau proposta.   
Eksposisi II atau Tampilan IIBerupa sajian yang kedua instrumental kemampuan band, dan Tampilan II harus ada (tidak dapat ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse A dengan Verse B, juga instrumental bergantian antara organ, suling, gitar, atau sitar dan mandolin.
Verse BBiasanya berupa melodi dengan nada tinggi dan berapi-api menjelaskan lebih lanjut isi lagu, atau juga riposta terhadap Verse A. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.  
Eksposisi II atau Tampilan IIDiulang lagi, berupa sajian yang ketiga instrumental kemampuan band, dan Tampilan II harus ada (tidak dapat ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse A dengan Verse B, juga instrumental bergantian antara organ, suling, gitar, atau sitar dan mandolin.
Verse BMengulang dari Verse B sebelumnya, isinya sama persis dengan Verse B sebelumnya.
Verse ADisajikan sekali lagi untuk menutup lagu, sama persis dengan Verse A sebelumnya.
Coda (optional, bisa dihilangkan)Di akhir lagu kadang-kadang ada koda sepanjang empat birama, namun juga bisa ditiadakan langsung berhenti, atau diakhiri dengan fade away (jarang terjadi).  
Lagu dangdut umumnya juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.    

Dangdut dalam budaya kontemporer 


Penyanyi dangdut Yan Vellia di Pesta Kesenian Rakyat di Pacitan.
Rhoma Irama menjadikan dangdut sebagai alat berdakwahnya, yang terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya serta dari pernyataan yang dikeluarkannya sendiri. Hal ini menjadi salah satu pemicu polemik di Indonesia pada tahun 2003, akibat protesnya terhadap gaya panggung para penyanyi dangdut, antara lain Inul Daratista, yang goyang ngebor -nya yang dicap dekaden serta "merusak moral". Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita) -nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan. Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari napas ini.     
Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut. [Butuh referensi] Meskipun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Teater dangdut dapat dengan mudah ditemukan di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.     

Dangdut di Era Millenium 

Dangdut Koplo lahir di Indonesia lahir sejak tahun 2000 yang dipromotori oleh kelompok-kelompok musik Jawa Timur. Namun saat itu masih belum menasional seperti sekarang ini. 2 tahun kemudian, variasi atau cabang baru bagi musik dangdut ini semakin fenomenal, setelah area 'kekuasaannya' luas ke beberapa wilayah seperti di Jogja dan beberapa kota di Jawa Tengah lainnya. Salah satu hal yang membuat genre ini sukses dalam memperlebar daerah 'kekuasaannya' adalah vcd bajakan yang begitu mudah dan murah didapatkan masyarakat sebagai 'alternatif' hiburan masyarakat dari vcd / dvd original artis -artis / selebriti nasional yang dinilai mahal. Kesuksesan vcd bajakan tersebut juga dibarengi dengan fenomena "goyang ngebor" Inul Daratista. 
Fenomena itulah yang sebenarnya membuat popularitas Dangdut Koplo tumbuh di se-antero Indonesia. Apalagi setelah goyang ngebor inul itu tercium oleh beberapa media-media televisi swasta nasional. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia semakin mengenal Dangdut Koplo dan juga Inul itu sendiri.
Tapi, fenomena itu bukan berarti tak ada masalah. Sang Raja Dangdut Indonesia, Rhoma Irama adalah seniman Dangdut senior pertama yang nyata-nyata menentang Inul karena goyang ngebornya itu. Munculnya Inul dengan fitur goyangan khas itu ditentang Rhoma karena berbau pornografi yang mengakibatkan dekadensi moral. Tak hanya itu, sang Raja juga kuatir jika hal ini dibiarkan saja, akan tumbuh-tumbuh goyangan porno model lain yang dilakukan penyanyi-penyanyi di daerah untuk ikut-ikutan 'mengekor' si ratu goyang ngebor itu.  
Pertandingan Rhoma terhadap aksi Inul dan beberapa tokoh dangdut lain ternyata mendapat 'sambutan' dari para pembela Inul. Baik itu masyarakat umum atau seniman-seniman Indonesia lainnya (dan bahkan melibatkan ahli hukum). Sejak itulah pro-kontra terhadap Inul menjadi headline news di media -media di Indonesia dan bahkan beberapa media-media Internasional seperti BBC News.
Pro-kontra dan kontroversi itu ternyata semakin mempopulerkan Inul itu sendiri, Dangdut Koplo dan artis-artis dangdut lainnya. Benar kata sang Raja, karena munculnya Inul tersebut diikuti oleh munculnya artis-artis pendatang baru yang juga membawa identitas goyangan, seperti goyang ngecor ala Uut Permatasari dan Goyang patah-patah ala Anisa Bahar. Hal tersebut membuat sang Raja dan para penentang lain semakin sedih. Munculnya artis atau penyanyi Dangut baru karena kontroversi itu juga semakin mempopulerkan Dangdut Koplo. Berturut-turut setelah Uut dan Anisa Bahar, muncul nama lain seperti Dewi Persik, Julia Perez, Shinta Jojo waktu itu.
Di sisi lain, Dangdut sedang berbenah melalui Konggres PAMMI untuk memilih calon ketua baru. Dalam kesempatan itu, Rhoma kembali terpilih sebagai ketua PAMMI. Salah satu pernyataan yang cukup menghebohkan juga adalah bahwa Rhoma secara terang-terangan melarang dan menggunakan embel-embel Dangdut karena telah menyimpang dari pakem Dangdut sehingga seharusnya aliran tersebut berdiri sendiri. Salah satu alasannya yang populer adalah karena Dangdut Koplo melahirkan penyanyi Dangdut dengan goyangan erotis dan penampilan vulgar.
Sayang, pernyataan dia seperti tak pernah didengarkan oleh para pelaku Dangdut terutama penyanyi. Justru hal itu seolah semakin mengeksiskan Dangdut Koplo itu sendiri disamping produktifitas Dangdut non koplo yang sepi dan kalah bersaing dengan peredaran vcd / dvd bajakan yang semakin meluas. Di sisi lain, penyanyi pendatang baru juga semakin membludak, baik itu yang bersifat lokal atau nasional, begitu juga dengan grup-grup Dangdut koplo juga semakin banyak, ata grup yang tadinya beraliran klasik atau rock Dangdut, berganti haluan menjadi Dangdut koplo.
Mungkin masyarakat Indonesia sudah banyak yang tahu artis-artis pendatang seperti Ayu Ting Ting, Siti Badriah, Zaskia Gotik, Trio Macan, Melinda dan sebagainya, atau grup Dangdut Koplo Jawa timuran yang semakin populer di Indonesia. Itu semua justru terjadi karena kontroversi-kontroversi tersebut.    

Tokoh-tokoh

Setelah tahun 2000

Sebelum tahun 2000 [sunting  |   sunting sumber]

Era tahun 1990-an

Penyanyi Tahun 1970 - 1980 

Penyanyi era tahun 1970-an 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons